Capoeira kini menjadi hobi sekaligus salah satu olahraga
beladiri yang kian digandrungi masyarakat Indonesia, perkotaan
khususnya. Karena keunikannya yang menggabungkan seni beladiri, musik, senam, dan akrobatik. Gerakannya yang khas adalah tarian dan tendangan dengan diiringi musik tradisional (pelengkap).
Di Indonesia, seni beladiri ini masuk sekitar tahun 1900an oleh capoeiristas (sebutan untuk pecinta capoeira) mancanegara dan mulai populer tahun 2003. Awalnya pada tahun 1500an dipopulerkan oleh budak Afrika yang dibawa Portugal di Brazil untuk bekerja di perkebunan.
Selain gerakan, musik menjadi elemen dasar dari seni Capoeira.
Irama yang dihasilkan oleh berimbau, atabaque, ketukan drum, serta
nyanyian yang bersenandung dari partisipan mendukung kedinamisan energi
capoeira. Ada 3 macam lagu dalam capoeira yakni ladainha (lagu pembuka), quadras, dan corridos. Hampir tidak mungkin memainkan capoeira tanpa musiknya. Maka, tidak akan ada capoeira jika tidak ada irama, dan karena gerakan dan tendangan capoeira dilakukan berdasarkan irama. Inilah yang membedakan capoeira dengan beladiri lainnya.
Manfaat melakukan gerakan capoeira yakni gerakan capoeira
yang dinamis dapat meningkatkan kelincahan dan keseimbangan, untuk
gerakan akrobatiknya dapat mengembangkan kelenturan, mobilitas, serta
memperkuat ligamen dan tulang,
melatih pernafasan dan ketahanan tubuh. Dari segi intelektual dan
psikologis, mengasah konsentrasi, melatih pengendalian diri dan
menghilangkan sikap agresif.
Capoeira Bela Diri Tradsional Brasil
Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brazil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brazil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque (gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala.
Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh “pemburu” profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan). Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi di Brazil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. Quilombo yang paling penting adalah Palmares yang mana penduduknya pernah sampai berjumlah sepuluh ribu dan bertahan hingga kurang lebih selama enam puluh tahun melawan kekuasaan yang mau menginvasi mereka. Ketua mereka yang paling terkenal bernama Zumbi.